BB200
merupakan lokomotif diesel tipe elektrik yang bergandar roda penggerak
ganda (seri BB) dan lokomotif buatan General Motor (GM) Amerika
Serikat didatangkan oleh Djawatan Kereta Api (DKA) di tahun 1957.
Sedangkan lokomotif diesel pertama ada di Indonesia adalah CC200 buatan
General Electric (GE) Amerika Serikat yang datang tahun 1953-1954.
Lokomotif BB200 dipesan oleh DKA kepada
General Motor Corporation USA pada tahun 1957, menurut kontrak pembelian
tertanggal 6 April 1956 sebanyak 35 buah lokomotif BB200 telah datang
di tahun 1957, alokasinya ke Dipo Semarang 27 buah dan sisanya ke Dipo
Kertapati (Palembang) 4 buah, Dipo Tanjungkarang (Lampung) 1 buah dan 3
buah BB200 (BB200 10, BB200 11 dan BB200 18) adalah produk afkir. Ketiga
BB200 ini dihapuskan sesuai surat Dirtab / Tkb No 1129 / L 11 / 67, Bd 1
Pebruari 1967. Sedangkan BB200 yang telah dilengkapi dengan saluran
abar angin tekan hanya ada di 3 buah BB200 adalah BB200 01, BB200 08,
BB200 18 (menurut Bk Jk tglr No 599 tanggal 28 April 1964). Namun
sekarang, semua lokomotif BB200 sudah memakai abar angin tekan disamping
rem vakum untuk rangkaiannya.
Lokomotif BB200 ini mempunyai tipe mesin
EMD (8) 567 C, sedangkan grup mesin manufaktur GM adalah model mesin G8
atau detailnya G8-567 CR, G8 karena mempunyai 8 silinder dengan
konfigurasi V. BB200 memiliki 2 bogie dengan susunan roda gandarnya
A1A-A1A, roda tengah tidak memiliki motor traksi (idle), tetapi
berfungsi sebagai penahan beban terberat body loko tersebut. Lokomotif
BB200 ini sama dengan tipe G8 yang berada di luar negeri, seperti:
Australia, Kanada, Brazil, Kuba, Mesir, Iran, Korea Selatan, Liberia dan
Selandia Baru. Di Amerika Serikat sendiri malah tidak ada maskapai yang
memakai lokomotif tipe G8 ini karena kapasitas tenaga kudanya dianggap
kurang besar. Sebagian besar lokomotif GM-EMD di Amerika Serikat
sendiri lebih dipilih yang mempunyai daya 2000 HP (horse power) ke atas,
sedangkan BB200 memiliki daya 875 HP dapat melaju hingga kecepatan
maksimum 110 km/jam.
Di zaman keemasannya, BB200 aktif untuk
menarik kereta ekspress seperti Bima, Mutiara Utara, Pandanaran, Senja
Utama, Purbaya dan untuk menarik kereta barang. Pada tahun 1984,
dilakukan repowering pada lokomotif BB200. Tujuan repowering adalah
untuk mengembalikan kinerja lokomotif seperti kondisi awal/baru dan
memperpanjang masa pakai lokomotif. Karenanya GM sudah tidak memproduksi
suku cadang BB200 ini dan seiring dengan pertambahan usianya, maka
lokomotif ini jumlahnya semakin berkurang.
Karena jumlah lokomotif BB200 semakin
berkurangnya maka pada bulan Juni 2006, komunitas pecinta kereta api
Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) mulai menyusun proposal
pelestarian lokomotif diesel BB200 (yang ada di dipo lokomotif Semarang
Poncol) yang ditujukan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk
mencegah agar lokomotif ini tidak sirna ditelan jaman. Pada bulan
September 2006, salah satu lokomotif BB200, yaitu BB200 29, akhirnya
berhasil diperbaiki. Selanjutnya pada bulan Agustus 2007, menyusul satu
lokomotif BB200 lagi berhasil diperbaiki dan siap beroperasi kembali
yaitu BB200 21. Lokomotif BB200 21 dan BB200 29 dapat beroperasi kembali
dengan mengambil komponen mesin yang masih dapat digunakan dari
lokomotif BB200 yang lain.
Dari 35 lokomotif BB200, saat ini masih
tersisa 5 buah lokomotif BB200 yang masih dapat beroperasi yaitu BB200
07 , BB200 14, BB200 21, BB200 29 dan BB200 30. Lokomotif BB200 21 dan
BB200 29 berada di Semarang sedangkan BB200 07, BB200 14 dan BB200 30
berada di Sumatra Selatan. Saat ini BB200 hanya digunakan untuk dinas
langsir. Selain itu, Akademi Kepolisian di kota Semarang (Jawa Tengah)
juga memajang lokomotif BB200 06 (tanpa mesin) dan 1 kereta penumpang
untuk sarana pendidikan latihan anti-terorisme
sumber : http://indonesianheritagerailway.com/index.php |
|||
Senin, 29 Oktober 2012
LOKOMOTIF BB 200
Sabtu, 06 Oktober 2012
cerpen : Sepeda untuk shania
lama ga update blog.. ya tadi saya baru baca cerpen nih, cerpennya bikin galau-_- penasaran kan? nih cerpennya.. sumber dari sini
Sepeda Untuk Shania
Aku berjalan menuju
sekolahku. Pagi itu masih segar
udaranya. Beberapa teman
melewatiku
dengan sepedanya. Aku percepat
langkahku. Setelah melewati
sebuah supermarket berlabel Seven11, aku bertemu dengan
seorang wanita memakai seragam
yang sama dengan sekolahku.
Rambutnya panjang, wajahnya
manis“Shania.” Sapaku pada wanita itu.
“Hei...” Balas Shania.
“Shan, udah ngerjain PR matematika?” Tanyaku.
“Baru selesai 13 nomer, abisnya susah.”
“Iya sih, MATEMATIKA, Makin Tekun Makin Tidak Karuan ya, Shan.”
“Hahaha lucu banget sih kamu.” Ucap Shania.
“Emangnya Badut, lucu.” Balasku.
Aku dan Shania berjalan bersama. Kini aku dan Shania memasuki gerbang sekolah. Aku menghampiri teman-temanku dikantin dan Shania menghampiri temannya di lorong sekolah. Bel sekolah berbunyi. Aku segera kekelasku yang dilantai dua. Mentari sinari ruang kelas, hawa tepat tuk terbuai lamunan. Melihat Shania yang duduk di depanku, membuat rasa ingin memanggil namanya.
Ibu guru menyebut absen murid kelas.
“Shania Junianatha?” Panggil ibu Guru. Aku dan Shania mengangkat tangan bersamaan.
“Aa.. A, a, azzeeekkk. Yang dipanggil satu, yang nyaut, duaaaa.” Ledek Ochi.
“Sudah, sudah.” Bu Guru menenangkan.
“Eh, Shan, maaf yah.” Ucapku. “Iyaa, gapapa kok.” Balas Shania sambil tersenyum.
Pelajaran dimulai, Shania masih sesekali menoleh kebelakang dan senyum padaku. Dan Ochi pun juga meledek. Bel istirahan berbunyi. Aku keluar dari mejaku, begitu juga Shania. Saat aku berjalan, aku sempat menabrak ia yang didepanku. Ia membalikkan badannya dan tersenyum. Ah, kenapa harus tersenyum padaku? Membuat aku ingin mimisan saja melihat senyumnya yang manis. Kantin siang itu cukup ramai. Aku duduk bersama teman-temanku didekat tembok. Shania duduk dengan Ochi di tengah. Dari tempat dudukku, masih bisa terdengar suara Ochi dan Shania.
“Ochi makan Mie, Shania makan ayam, jadi Mie-Ayam.” Ucap Ochi.
“Terus, Chi?” Tanya Shania “Jadi kita samaan. Toss!” Ochi menepuk tangan Shania.
“Dasar singit, Ochi.. Ochi..” Ucap Shania.
“Emang layangan koang, singit.” Balas Ochi.
Saat Shania sedang mengambil kecap, Ochi mencolek Shania. “Shan, mau liat orang gila gak?” Tanya Ochi. “Siapa?” “Tuh.” Ochi menunjuk kearahku. Shania melambaikan tangan ke arahku. Senang bukan main pastinya diriku. Shania melanjutkan senyumnya, ia kemudian menunjuk tangannya ke arah gelasku. Ah, pantas saja Ochi bilang aku orang gila, ternyata aku memasukkan saos ke gelas es jerukku. Shania dan Ochi masih mentertawaiku.
Setelah jam pelajaran terakhir, aku dan murid-murid sekolah berkerumunan keluar sekolah. Saat aku sedang berjalan, dari belakang, temanku menepuk pundakku.
“Sepedanya udah ada tuh.” Ucap temanku. “Mana?” Tanyaku. “Dibelakang sekolah, kok tumben sih pengen naik sepeda?” “Gapapa, biar ada kenangannya aja.” Aku dan temanku ke halaman sekolah untuk mengambil sepedanya. Aku cek rantai dan rem sepeda itu. Setelah kuperiksa aman, aku bawa sepeda itu. Ku kayuh sepeda itu. Rasanya cukup nyaman.
Di ujung jalan kulihat ada Shania. “Shan..” Panggilku. “Eh, itu sepeda siapa?” “Bareng yuk, mau gak?” “Hem , tapi...” “Tapi kan Shania kalo jalan kaki capek, yuk.” Ajakku. Shania duduk dibelakang dengan posisi miring. Ia memangku tasnya. Aku terus mengayuh sepedaku. Sampai sudah dirumah Shania. “Makasih yah.” Ucap Shania sambil tersenyum. “Iya sama-sama, eh, Shan.” “Ya?” “Kalo besok pagi, bareng lagi kesekolah, terus pulangnya temenin ke toko buku mau gak? Tanyaku. “Hem... Mau sih. Besok pagi ketemu dimana?” “Didepan rumahmu, gimana?” “Oke, sampai besok yah.” Aku hanya membalas senyum manis Shania dan pergi dari rumahnya. Shania masuk ke dalam pagar dan melambaikan tangannya padaku.
* Pagi itu masih terasa sejuk. Aku sudah tiba didepan rumah Shania. Ia sudah berdiri sambil memakai cardigans berwarna biru. Ia tersenyum dan langsung duduk di bagian belakang sepeda. Perjalanan sepeda pagi cukup menarik, mulai membahas PR Bahasa Indonesia. “Shan, udah ngerjain PR bikin cerpen?” Tanyaku. “Udah dong, judulnya Sepeda Untuk Berdua, kamu?” Tanya Shania. “Udah, judulnya Hari Pertama.” Jawabku. “Hihihi.” Shania tertawa lucu. “Kok ketawa?” “Iya, kalo cerpen kita berdua digabung, Hari Pertama Sepeda Untuk Berdua, itukan kemarin.” Aku merasa sangat senang saat Shania bicara seperti itu. Semua terasa sangat indah, seolah dunia hanya milik berdua, sampai akhirnya.... “Azzeeekkk... Sepedaan berdua.” Ochi datang dari belakang naik ojek motor. “Duh, Ochi.” Ucapku pelan. “Apa lu? Duh aduh, emangnya Ochi kenapa?” Tanya Ochi. “Kayak yang malem Jumat, masa tiba-tiba nongol.” Jawab Shania. “Ciee, Ochi naik ojek motor, kalo Shania naik ojek cinta, dadaaahh.” Balas Ochi. Ochi dan ojeknya langsung melaju cepat setelah meledek aku dan Shania. Kini gerbang sekolah telah terlihat, Shania turun dari sepeda dan masuk duluan. Aku menaru sepdeda dan merantai dan gembok dekat pagar halaman sekolah.
* Pulang sekolah ditandai dengan bel. Shania menungguku di depan sekolah. Aku mengeluarkan sepda dan kami naiki sepeda itu berdua. Aku dan Shania menuju toko buku dekat komplek rumah kami. Sesampainya, aku langsung menuju rak buku mancanegara, dan mengambil buku berjudul Australia. Setelah kubaca beberapa halaman, aku kembali menghampiri Shania. “Beli buku nggak, Shan?” Tanyaku. “Enggak, liat majalah aja, kamu?” “Tadi Cuma mau baca buku doang bentar, eh makan yuk.” “Dimana?” “Udah ntar pasti suka.” Di sebrang toko buku itu ada sebuah cafe kecil. Di cafe itu tertuliskan “Warung Pemadam Kelaparan”. Aku dan Shania duduk di depan dekat jalanan. Angin sore mulai terasa. “Mau makan apa, Shan?” Tanyaku “Hem disini yang spesial apa?” “Kalo yang spesial disini, tumis kaktus, kucing saus tiram, tapi kalo yang spesial dihatiku ya kamu.” “Gombal.” Balas Shania sambil tertawa. “Gombal mah yang dipinggir jalan.” Balasku.
* Sore mulai menyapa, aku dan Shania masih bersepeda. Saat bersepeda menuju jalan pulang, ada sebuah turunan yang curam di depanku. “Shan, berani gak?” Tanyaku. “Turunan doang? Berani lah.” “Tapi gak pake rem.” “Terus berentinya gimana?” “Detak jantung kita yang berentiin.” “Mati iyadeh.” “Berani gak, Shan?” “Siapa takut.” Balas Shania sambil memelukku. Aku hanya mendorong sedikit sepedaku dan sepeda melaju kencang, kurasa angin menghembus kemejaku. Pelukan Shania dari belakang makin erat. Aku merasakannya. Kami berdua berteriak. Saat sampai diujung turunan, aku menekan rem. Aku dan Shania masih mengatur nafas karena sepeda kami terlalu kencang tadi. Shania turun dari belakang sepeda dan berdiri di sebelahku. “Hah, gila, tegang banget yah.” Ucap Shania. “Iya, Shan.” Balasku. “Itu hidungnya kenapa?” “Ha?” Aku memegang hidungku dan ada cairan berwarna merah. “Ih, kok mimsan, nih tissue.” Shania memberikan tissue padaku. “Yah, mimisan deh.” Jawabku sambil mengelap darah dihidung. “Iya, kok bisa deh?” “Abisnya, tadi Shania meluknya kenceng banget.” “Terus?” “Terus, akunya seneng banget.” “Ih... Bodoh deh.” Balas Shania sambil mencubiti aku. Kami berdua jalan bersama sambil menenteng sepeda dan bergandengan tangan sore itu.
* Suasana kelas kosong pagi itu cukup ramai. Aku di depan pintu kelas bersama teman- temanku, Ochi yang sedang duduk sendiri dikursinya, dihampiri Shania. “Ochi, mau curhat dong.” Minta Shania. “Azeeekk, pasti curhatin pria ojek cinta itu kan?” “Apaan sih, eh tapi ya, kemarin tuh seru banget gue sama dia, makan bareng, pulang bareng.” “Cie Shania jatuh cinta.” Ledek Ochi. “Ah, mungkin bagi dirinya hanya teman sekelas saja, yang jalan pulangnya searah.” Lanjut Shania. “Keberadaannya seperti angin ya? Kayak numpang lewat gitu?” “Iya, Chi. Kadang selalu bercanda, padahal kita selalu saling bicara.” Lanjut Shania. “Kenapa gak ngomong aja?” Tawar Ochi. “Ngomong apa?” “Ngomong ke dia, tentang perasaannya Shania, daripada nyesel.” Tantang Ochi ke Shania. “Gak tau deh, Chi. Bingung.” Jawab Shania.
* Aku menenteng sepedaku, Shania berjalan di sebelahku. Pagar rumah Shania terlihat. Aku berdiri di depan rumahnya. “Shan, boleh minta tolong gak?” “Apa?” “Sepeda ini besok kamu yang bawa yah kesekolah.” “Lho, kenapa?” “Gapapa sih, besok kayaknya aku telat, mau ya?” “Yaudah deh, mampir gak?” Tawar Shania. Ini adalah kali pertama Shania menawari aku untuk mampir kerumahnya. Aku mengiyakan ajakannya. Aku duduk diteras , Shania keluar dari dalam rumah membawakan sirup berwarna merah dan makanan kecil. “Shan, enak yah sore-sore disini, hehe.” Ucapku. “Enak pemandangannya, apa sama aku?” Tanya Shania. “Hem.. Pemandangan indah, bisa tambah indah tergantung sama siapa nikmatinnya.” “Emang kenapa sih sama sepedanya?” Tanya Shania. “Gapapa, pokoknya besok Shania bawa yah ke sekolah.” Setelah menghabiskan minum, aku pamit pada Shania untuk pulang. Kebetulan orang tua Shania sedang tidak dirumah, jadi aku tidak berpamitan pada mereka. Aku keluar pagar dan masih tersenyum pada Shania. Saat Shania sedang melihat sepeda itu, ia menemukan sepucuk surat yang terselip di kursi belakang, di surat itu tertulis, “baca dikelas yah, Shania.”
* Shania mengayuh sepeda itu sendirian menuju sekolah, tanpa diriku. Sesampainya dikelas, ia membuka surat itu. Dibacanya surat dengan tulisan tanganku.
Shania, maaf aku gak bisa
ngomong langsung.
Sepedanya gimana? Enak kan?
Hem... Maaf, mulai semalam
aku pindah ke Australia.
Aku minta maaf banget sama
kamu, aku gak bisa ngomong
langsung, aku benci
perpisahan.
Aku harap kamu bisa ngerti,
Shan.
Aku nyaman kalo ada di dekat
kamu, berdua sama kamu.
Maafkanlah Shania, ampunilah
diriku ini yang tidak
menyatakan cinta, aku adalah
lelaki yang jahat.
Aku gak kemana-mana kok,
cuma beda jarak aja sama
kamu, sepeda itu tetep ada
buat kamu.
Kalo kamu baca surat ini, kamu
pasti udah nyobain rasanya
naik sepeda itu tanpa aku.
Aku harap kamu betah naik
sepeda itu, sampai... two years
later, pas aku balik, buat kamu
Shania meneteskan air
mata saat membaca surat itu.
Lalu ia menengok ke belakang,
tempat
dimana aku biasa duduk di kelas.
Ochi yang heran melihat Shania
bersedih, langsung segera
menghampiri ke meja Shania.
Shania tidak berkata
sedikitpun saat Ochi
menghampirinya, Ochi mengambil
surat di tangan
Shania, lalu membacanya. Ochi
menengok ke meja belakang, lalu
tersenyum.
Bener kan ceritanya galau? apalagi kalo bacanya sambil dengerin Futarinori no Jitensha Nah makasih ya yang udah bikin cerpen, dan juga www.jkt48fans.com :D
Langganan:
Postingan (Atom)