Aditya Pradana :RAILFANS: November 2012

Senin, 05 November 2012

KA Purwojaya

Kereta api Purwojaya melayani pemerjalan koridor Cilacap - Purwokerto - Jakarta Gambir dengan kapasitas 284 tempat duduk dan menyediakan layanan kelas bisnis dan eksekutif. Peluncuran pedana KA Purwojaya dilakukan pada awal Maret 1995.
Perjalanan sejauh 444 km ditempuh dalam waktu 6 jam dan hanya berhenti di Stasiun, Stasiun Gumilir, Stasiun Maos, Stasiun Kroya, Stasiun Purwokerto , dan Stasiun Jatinegara. Rangkaian kereta api ini terdiri dari 5 kereta kelas eksekutif, 3 kereta kelas bisnis, 1 kereta makan, 1 kereta pembangkit. Alternatif perjalanan ditawarkan malam hari dari Cilacap dan siang hari dari arah Jakarta.

Purwojaya1.jpg
Info
Kelas Eksekutif Bisnis
Sistem Kereta api ekspres
Status Beroperasi
Lokal Daop V Purwokerto
Stasiun terminus Cilacap
Jakarta Gambir
Rute pelayanan 1
Operasional
Dibuka Maret 1995
Pemilik PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Operator Daerah Operasi V Purwokerto
Dipo Purwokerto (PWT)
Lokomotif CC201/ CC 20412
Teknis
Jarak tempuh 444 km
Lebar trek 1067 mm
Elektrifikasi -
Kecepatan operasi 50 s.d. 100 km/jam
Elevasi tertinggi 559 m (Kranggan, Banyumas)

Lokomotif BB 300

Photo Courtesy of Budi Bahariawan Sofyan

Lokomotif BB300 adalah lokomotif diesel tipe hidrolik yang dibeli dari pabrik Krupp (Jerman) dan mulai didinaskan pada tahun 1958. Lokomotif ini didatangkan oleh DKA (Djawatan Kereta Api) sebanyak 17 unit pada tahun 1958 dan 13 unit pada tahun 1959 untuk menggantikan peran lokomotif-lokomotif uap yang memiliki kecepatan maksimum 75 km/jam (seperti lokomotif uap B13, B51, BB10, C27). Lokomotif ini mampu beroperasi di jalan rel kategori kecil (tipe R25 atau R33).
BB300 merupakan salah satu perintis modernisasi lokomotif di Sumatra Utara dan Sumatra Barat, walaupun saat ini sudah tidak ada lagi BB300 yang beroperasi di kedua wilayah tersebut. Lokomotif ini digunakan untuk menarik gerbong barang atau kereta penumpang pada rute jarak pendek. Lokomotif BB300 tersebar di pulau Jawa dan  pernah beroperasi pada rute Merak – Rangkasbitung – Tanah Abang, Banjar – Maos – Kroya, Cilacap – Maos – Kroya, Banjar – Cijulang, Semarang Poncol – Demak – Blora – Cepu, Solo Purwosari – Wonogiri, Kutoarjo – Purworejo, Surabaya Kota – Malang – Blitar, Jember – Panarukan – Banyuwangi dan Yogyakarta – Magelang.
Secara umum, lokomotif BB300 memiliki bentuk yang klasik dan bahkan bentuk seperti ini masih dipergunakan untuk lokomotif kategori sedang di Eropa. Bentuk lokomotif BB300 yang persegi sederhana, dengan lampu bulat yang diapit dua penutup semboyan. Lokomotif ini hanya memiliki 1 kabin masinis. Untuk spesifikasi teknis mesin, motor dieselnya bertipe (MB) 820 B – Maybach Mercedes Benz, berat 36 ton, daya 680 HP (horse power) dan dapat mencapai kecepatan maksimum 75 km/jam serta menggunakan transmisi hidrolik Krupp 2 WZLI - 15. Pada tahun 1984, dilakukan repowering pada lokomotif BB300. Tujuan repowering adalah untuk mengembalikan kinerja lokomotif seperti kondisi awal/baru dan memperpanjang masa pakai lokomotif.
Lokomotif BB300 memiliki keunggulan dapat digunakan pada jalan rel yang tergenang oleh air. Keunggulan lokomotif diesel tipe hidrolik adalah menggunakan mesin diesel hidrolik yang menghubungkan transmisi gardan (mesinnya di atas roda) ke roda gigi (gear box). Ini berbeda dengan lokomotif diesel tipe elektrik yang menggunakan tenaga motor (motor traksinya berada didekat roda). Lokomotif diesel tipe elektrik jika melewati genangan air akan mudah korsleting dan bisa macet saat melintas di jalan rel yang terkena banjir.
Karena keterbatasan suku cadang dan usia yang semakin tua, saat ini lokomotif BB300 hanya difungsikan untuk dinas langsir di Manggarai, Bandung, Kutoarjo, Solo Balapan dan Cepu. Dari 30 unit lokomotif BB300, saat ini hanya tersisa 6 unit lokomotif BB300 yang masih siap operasi yaitu BB300 01 (Manggarai), BB300 06 (Kutoarjo), BB300 13 (Solo), BB300 16 (Kutoarjo), BB300 24 (Cepu) dan BB300 29 (Solo).

High Speed Train : SHINKANSEN series


Sekali kali share tentang KA luar ah.. nah kali ini saya mau bahas soal........ Shinkansen

Shinkansen (新幹線, juga sering dipanggil kereta peluru) adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways.
Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang. Kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.
Nama Shinkansen sering digunakan oleh orang-orang di luar Jepang untuk merujuk kepada kereta apinya, namun kata ini dalam bahasa Jepang sebenarnya merujuk kepada nama jalur kereta api tersebut.

Sejarah

Shinkansen dibuka pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Jalur ini langsung sukses, melayani 100 juta penumpang kurang dari 3 tahun sejak dibuka pada tanggal 13 Juli 1967, dan melayani satu milyar penumpang pada 1976.
Pada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (515,4km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru 'Nazomi' yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/j telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.

Keamanan

Tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Namun ada beberapa orang terluka dan satu kefatalan dikarenakan pintu yang menjepit penumpang atau barang mereka. Selain itu ada beberapa percobaan bunuh diri oleh penumpang. Karena itu beberapa stasiun telah memasang pagar pelindung. Meskipun begitu tetap saja ada percobaan bunuh diri oleh penumpang yang memanjat pagar pengaman tersebut.
Untuk menghadapi gempa bumi kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang akan memberhentikan kereta bila gempa bumi terdeteksi. Pada gempa bumi Chuetsu di Oktober 2004 sebuah Shinkansen yang dekat dengan pusat gempa lepas dari relnya, namun tidak ada penumpang yang terluka. Kereta generasi berikutnya, FASTECH 360 akan memiliki sayap rem penahan angin (yang mirip dengan kegunaan telinga) untuk membantu proses pemberhentian bila gempa bumi terdeteksi.

Ketepatan waktu

Pada 2003, JR Central melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.

Daftar jalur Shinkansen

Peta jaringan Shinkansen
Jalur utama adalah:
Dua jalur lebih jauh, dikenal sebagai Mini-Shinkansen (ミニ新幹線), juga beroperasi dengan meningkatkan jalur yang telah ada:
Ada dua sepur standar (standard gauge) yang secara teknis tidak diklasifikasikan sebagai jalur Shinkansen namun dengan pelayanan Shinkansen:
Jalur berikut masih dalam pengembangan:
Kebanyakan jalur Shinkansen yang diusulkan pada saat masa-masa keemasan pada awal tahun 1970-an telah ditunda hingga waktu yang tidak diketahui pasti. Ini termasuk hubungan ke Shikoku oleh proyek jembatan Honshu-Shikoku, sebuah hubungan dari Shinjuku ke Omiya, dan rute yang mencakup seluruh pesisir Laut Jepang Honshu. Namun, hanya jalur Shinkansen Narita yang disingkirkan dari rencana secara resmi.

TM 05 series

TOKYO METRO 05 SERIES (TM 05)

Tokyo Metro seri 05 adalah EMU (electric multiple unit)  yang beroperasi di Metro Line Tōzai Tokyo di Jepang. TM 05 dibuat pada tahun 1988-2004 (total 43 set10-kereta) sehingga mereka memiliki sejumlah varian. Set 05-125 seterusnya memiliki ujung depan yang didesain ulang dan disebut seri05NPara master controller mencakup sistem deadman dimana rem diterapkan jika masinis melepaskan master controller. 


JALUR DI JEPANG YANG MENGGUNAKAN TM 05

  • Tozai Line
  • Toyo Rapid Line (Jalur Cepat Toyo) antara Stasiun Nishi-Funabashi dan Stasiun Toyo-Katsutadai.
  • JR Line antara Stasiun Nakano dan Stasiun Mitaka.
  • JR Line antara Stasiun Nishi-Funabashi dan Stasiun Tsudanuma (hanya pagi hari kerja dan malam hari).
SPESIFIKASI TM 05

 05-101 to 113F05-114F05-115 to 118F05-119 to 124F05-125 to 133F05-134 to 139F05-140 to 143F / All sets of 2000 series
Maximum speed110 km/h120 km/h
Acceleration3.3 km/h/s3.0 km/h/s3.3 km/h/s
Deceleration3.5 km/h/s (emergency 5.0 km/h/s)
Front end styleRectangular lights, no skirtRound lights, skirt
HeadlightsSealed beamHID
Destination indicationRoller blind3-color LED
LED displays inside car8 per car4 per car
Control systemChopperGTO-VVVFChopperIGBT-VVVF
MT ratio5M5T4M6T5M5T4M6T5M5T
Motor output (per motor)160 kW200 kW160 kW205 kW165 kW
Train power output3,200 kW3,280 kW3,300 kW
Gear ratio5.73 (86:15)7.79 (109:14)5.73 (86:15)7.79 (109:14)6.21 (87:14)
Pantographlozenge x5lozenge x4lozenge x5lozenge x4single arm x5Notesingle arm x3
Door width1.3 m1.8 m1.3 m
Driver's cabDual handleSingle handle
Seat configuration(intermediate cars)3-7-7-7-32-6-6-6-24-6-7-6-43-7-7-7-3



TOKYO METRO SERI 05 DI JEPANG

Tokyo Metro 05 series


TOKYO METRO SERI 05 SETELAH MASUK DI INDONESIA


















sumber : http://kiddrockryan.blogspot.com/2011/07/tokyo-metro-05-series-tm-05.html

Loko Uap DD 50 series, The largest Mallet locomotives in Indonesia


dd52_10

Walaupun lokomotif uap CC10 sudah dapat memenuhi kebutuhan angkutan barang di jalur kereta api yang melalui pegunungan di Jawa Barat namun perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) masih membutuhkan lokomotif dengan daya yang lebih kuat dari lokomotif yang sudah ada dan mampu berbelok dengan mulus pada tikungan yang tajam pada jalur pegunungan di Jawa Barat. Tugas ini dipercayakan kepada lokomotif DD50, DD51 dan DD52. Lokomotif uap DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif tipe Mallet generasi ketiga, keempat dan kelima yang beroperasi di Indonesia. Ketiga seri lokomotif uap tersebut memiliki susunan roda 2-8-8-0.
Lokomotif DD50 memiliki berat 133 ton, panjang 20737 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Lokomotif DD51 memiliki daya berat 137 ton, panjang 20737 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Lokomotif DD52 memiliki daya 1850 HP (horse power), berat 136 ton, panjang 20792 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 50 km/jam. Dengan spesifikasi teknis yang seperti itu maka lokomotif DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif uap terbesar yang pernah beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 1916, SS memesan 8 unit lokomotif DD50 pabrik ALCO (American Locomotive Co, Amerika Serikat). Kemudian pada tahun 1919, SS kembali memesan 12 unit lokomotif DD51 ke pabrik ALCO dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50 namun dengan design teknis yang lebih baik. Lokomotif DD50 dan DD51 mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Pada tahun 1923, SS kembali memesan 10 unit lokomotif DD52 dengan konstruksi yang sama dengan lokomotif DD50/DD51 namun dengan kecepatan maksimum yang lebih tinggi yaitu 50 km/jam. Namun pemesanan lokomotif DD52 ini dilayangkan kepada 3 (tiga) pabrik lokomotif di Eropa (Hanomag/Jerman, Hartmann/Jerman and Werkspoor/Belanda).
Operasional Lokomotif seri DD ini hanya bertahan sampai dengan tahun 1974 dan tak ada satupun yang tersisa, seiring dengan penggantian penggunaan lokomotif uap dengan lokomotif diesel.

LOKOMOTIF CC 203

Lokomotif CC203 buatan General Electric dengan seri U20C merupakan pengembangan desain dari lokomotif CC201, yaitu pada bentuk kabin masinis ujung pendek yang aerodinamis, serta diperlebar untuk kenyamanan dan mengurangi penumpang liar.
Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya adalah lokomotif dengan dua bogie, di mana setiap bogie mempunyai tiga poros penggerak yang masing-masing digerakkan oleh motor tersendiri.
Yang membedakan adalah lokomotif CC203 menggunakan motor diesel dengan dua tingkat turbo charger sehingga dayanya sebesar 2250 HP. Selain itu, kecuali CC 203 31 - CC 203 34, terdapat logo Kementerian Perhubungan di bagian depannya yang merupakan ciri khas yang mencolok pada lokomotif ini sebab pembuatan lokomotif ini selain didanai oleh perusahaan General Electric sendiri juga dibantu dengan dana dari pemerintah melalui Kementerian Perhubungan.
Indonesia membuat lokomotif ini sejak tahun 1995-2000. Terdiri dari 4 generasi, yaitu:
  • CC203 generasi I (tahun 1995, 12 unit, nomor seri 01-12)
  • CC203 generasi II (tahun 1996-1998, 18 unit, nomor seri 13-30)
  • CC203 generasi III (tahun 1999, 7 unit, nomor seri 31-37)
  • CC203 generasi IV (tahun 2000, 4 unit, nomor seri 38-41)
Sampai saat ini jumlahnya adalah 37 buah di Jawa dan 4 buah di Sumatera Selatan. Lokomotif ini terdapat di:
Dipo Induk No. Lokomotif
Jatinegara (JNG) CC 203 12 (no. baru: CC 203 95 12), CC 203 13 (no. baru: CC 203 98 01), CC 203 15 (no. baru: CC 203 98 03), CC 203 17 (no. baru: CC 203 98 05), CC 203 18 (no. baru: CC 203 98 06), CC 203 19 (no. baru: CC 203 98 07), CC 203 20 (no. baru: CC 203 98 08), CC 203 21 (no. baru: CC 203 98 09), CC 203 22 (no. baru: CC 203 98 10), CC 203 23 (no. baru: CC 203 98 11), CC 203 24 (no. baru: CC 203 98 12), CC 203 25 (no. baru: CC 203 98 13), CC 203 26 (no. baru: CC 203 98 14), CC 203 27 (no. baru: CC 203 98 15), & CC 203 36 (no. baru: CC 203 01 06)
Bandung (BD) CC 203 02 (no. baru: CC 203 95 02), CC 203 03 (no. baru: CC 203 95 03), CC 203 04 (no. baru: CC 203 95 04), CC 203 05 (no. baru: CC 203 95 05), CC 203 06 (no. baru: CC 203 95 06), CC 203 07 (no. baru: CC 203 95 07), CC 203 08 (no. baru: CC 203 95 08), CC 203 09 (no. baru: CC 203 95 09), CC 203 10 (no. baru: CC 203 95 10), & CC 203 11 (no. baru: CC 203 95 11)
Cirebon (CN) CC 203 35 (no. baru: CC 203 01 05)
Semarang Poncol (SMC) CC 203 28 (no. baru: CC 203 98 16), CC 203 29 (no. baru: CC 203 98 17), &CC 203 30 (no. baru: CC 203 98 18)
Purwokerto (PWT) CC 203 41 (no. baru: CC 203 02 04) (di Alokasikan Per 12 November 2012)
Yogyakarta (YK) CC 203 01 (no. baru: CC 203 95 01), CC 203 14 (no. baru: CC 203 98 02), & CC 203 16 (no. baru: CC 203 98 04)
Sidotopo (SDT) CC 203 37 (no. baru: CC 203 01 07), CC 203 38 (no. baru: CC 203 02 01), CC 203 39 (no. baru: CC 203 02 02), & CC 203 40 (no. baru: CC 203 02 03)

CC 203 31 (no. baru: CC 203 01 01), CC 203 32 (no. baru: CC 203 01 02), CC 203 33R (no. baru: CC 203 01 03), & CC 203 34 (no. baru: CC 203 01 04) (berwarna hijau dan milik PT. TEL)

CC 203 yang unik
1. CC 203 40
Lokomotif CC 203 40 sebelumnya sama seperti lokomotif CC203 yang lainnya, hingga mengalami kecelakaan KA di Pemalang 2 Oktober 2010 silam. Anehnya, setelah menyebabkan satu unit kereta kelas bisnis KA Senja Utama Semarang hancur, lokomotif ini hanya mengalami kerusakan ringan: lampu-lampunya pecah dan catnya mengelupas. Setelah diperbaiki di Balai Yasa Yogyakarta, lokomotif ini mengalami perubahan pada cowhanger/bempernya, yaitu pada bagian bawahnya sedikit menyembul ke depan berbentuk segitiga. Anda bisa menemukan CC 203 40 di Dipo Lokomotif Sidotopo Surabaya atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Surabaya, seperti KA Rapih Dhoho, KA Penataran, KA Bima, KA Argo Bromo Anggrek, dan KA lainnya.
2. CC 203 06 dan CC 203 11
Jika kabin masinis kedua lokomotif ini diamati di bagian depan, bagian tengah kabin sedikit tertekuk ke luar (ke depan), sehingga kedua lokomotif ini seolah-olah mempunyai ekspresi wajah sedih atau murung, karena jendela kabin dan bagian lainnya menyerupai wajah seseorang yang sedih/murung. Pada awalnya hanya CC 203 06 yang mempunyai karakteristik wajah (kabin masinis) seperti ini, sedangkan CC 203 11 masih mempunyai wajah (kabin masinis) yang normal. Namun setelah mengalami kecelakaan tabrakan kereta api di Langen 28 Januari 2011 silam, kabin masinis lokomotif CC 203 11 rusak parah dan diperbaiki di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta. Setelah selesai perbaikan olah BY Pengok, barulah CC 203 11 mempunyai bentuk kabin masinis yang mempunyai kesan wajah sedih atau murung ini. Anda bisa menemukan kedua lokomotif ini di Dipo Lokomotif Bandung atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Bandung.
3.CC 203 01 ,CC 203 02, CC 203 05, CC 203 07, CC 203 09, CC 203 13, CC 203 14, CC 203 15, & CC 203 19
Jika diamati sekilas, lok-lok CC203 ini tidak nampak perbedaannya. Namun setelah didekati, ukuran pintu di bawah kaca kabin masinis itu berbeda. Sebelah kiri memiliki ukuran yang lebih besar daripada yang kanan.
      

LOKOMOTIF BB304

Lokomotif BB 304 adalah lokomotif diesel hidraulik buatan pabrik Fried Krupp, Jerman. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1976. Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1550 HP. Lokomotif ini biasa digunakan untuk dinasan kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum yaitu 120 km/jam. Lokomotif ini bergandar B' B', artinya lokomotif ini memiliki dua bogie, di mana setiap bogienya memiliki dua poros penggerak yang saling dihubungkan.
Di Indonesia, lokomotif ini terdapat di dipo lokomotif Tanah Abang (di antaranya BB304 06, BB304 11 - BB304 14, BB304 16, BB304 18 - BB304 19, BB304 22 - BB304 25), dipo lokomotif Cepu, dan di dipo lokomotif Jember (BB304 02, BB304 03, dan BB 304 23R).
Unit yang sudah tidak beroperasi di antaranya: BB30401, BB30405, BB30408, BB30411, BB30414, BB30419, BB30420, BB30422, BB30424, BB30425.
Karena keterbatasan suku cadang dan usia maka KAI melakukan kebijakan repowering yaitu membuang mesin BB304 yang sudah lama dan mencangkokkan mesin baru di BB304, dengan penggantian mesin yang baru maka suku cadang lebih mudah didapatkan selain itu kekuatan BB304 yang sudah diganti mesinnya meningkat, dari 1550 HP menjadi 1800 HP, rencananya di tahun 2012 sejumlah lokomotif BB 304 akan direpowering, mengingat hasil modifikasi tersebut sangat memuaskan

BB304
[[berkas:|300px|BB304]]
Sumber tenaga
Diesel hidraulik

Perusahaan pembuat Fried Krupp (Jerman)
Spesifikasi
Susunan roda AAR B-B
Klasifikasi UIC B' B'
Lebar trak 1.067 mm
Panjang 11.700 mm
Lebar 2.800 mm
Berat lokomotif 48 ton
Motor traksi 1 buah
Kecepatan maksimum 120 km/jam
Keluaran daya 1550 HP

LOKOMOTIF BB 301

Lokomotif BB301 adalah lokomotif diesel tipe hidrolik yang dibeli dari pabrik Krupp (Jerman) dan mulai didinaskan pada tahun 1964. Lokomotif ini didatangkan oleh PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) sebanyak 10 unit pada tahun 1964, 35 unit pada tahun 1965 dan 5 unit pada tahun 1970, sehingga total berjumlah 50 unit. PNKA membeli lokomotif ini untuk menggantikan peran lokomotif-lokomotif uap yang memiliki kecepatan di atas 90 km/jam dan untuk menarik kereta express. Lokomotif BB301 dapat digunakan untuk menarik kereta penumpang atau gerbong barang baik untuk jarak pendek maupun jarak jauh. Tahun 1964 – 1995 merupakan era keemasan lokomotif ini karena saat itu lokomotif BB301 digunakan untuk menarik kereta express.
Kereta express yang pernah ditarik BB301 antara lain Parahyangan (Jakarta – Bandung), Bintang Senja (Surabaya – Solo – Semarang – Jakarta), Jaya (Surabaya – Cepu - Semarang – Jakarta), Bandung Express (Surabaya – Yogyakarta - Bandung) dan Bima (Surabaya – Yogyakarta – Jakarta). Selain itu, BB301 juga digunakan untuk menarik kereta kelas ekonomi, antara lain Purbaya (Purwokerto – Yogyakarta – Surabaya), Tumapel (Surabaya – Sidoarjo – Malang) dan Sri Tanjung (Yogyakarta – Surabaya – Jember).
Lokomotif BB301 menjadi penarik utama untuk berbagai kereta penumpang di jalan rel utama di pulau Jawa baik di lintas utara (Jakarta – Cirebon – Semarang – Surabaya) maupun lintas selatan (Jakarta – Bandung – Yogyakarta – Surabaya) sehingga lokomotif BB301 menjadi icon perkeretaapian Indonesia pada tahun 1970 – 1980. Lokomotif BB301 juga dapat dijumpai di Sumatra Utara. Lokomotif BB301 digunakan untuk menarik gerbong tangki (ketel) berisi bahan bakar minyak atau minyak sawit pada rute Medan – Rantauprapat.
Lokomotif BB301 memiliki dua kabin masinis. Lokomotif BB301 yang datang pada tahun 1964 dan 1965 menggunakan motor diesel Maybach Mercedez Benz sedangkan lokomotif BB301 yang datang pada tahun 1970 menggunakan motor diesel MTU MD 12V538 TB10. Namun pada akhirnya, motor diesel lokomotif BB301 yang datang tahun 1964 dan 1965 diganti dengan notor diesel MTU MD 12V538 TB10 pada waktu Overhaul pada tahun 1975. Lokomotif ini memiliki daya mesin 1500 (horse power) dan dapat mencapai kecepatan maksimum 120 km/jam serta menggunakan transmisi hidrolik Voith L 630 r U 2.
Lokomotif BB301 memiliki berat 52 ton dan memiliki gandar tipe BB artinya memiliki 2 bogie yang masing-masing bogienya terdapat 2 roda penggerak sehingga lokomotif ini dapat melewati jalan rel tipe ringan (R25 atau R33). Pada tahun 1984 dan 1998, dilakukan repowering terhadap sebagian lokomotif BB301. Tujuan repowering adalah untuk mengembalikan kinerja lokomotif seperti kondisi awal/baru dan memperpanjang masa pakai lokomotif.
Karena keterbatasan suku cadang dan usia yang semakin tua, dari 50 unit lokomotif BB301, saat ini hanya tersisa 14 unit lokomotif BB301 yang masih siap operasi yaitu BB301 08 (Sidotopo), BB301 09 (Sidotopo), BB301 11 (Sidotopo), BB301 12 (Jember), BB301 14 (Medan), BB301 17 (Bandung), BB301 18 (Sidotopo), BB301 23 (Sidotopo), BB301 24 (Bandung), BB301 25 (Madiun), BB301 26 (Madiun), BB301 28 (Jember), BB301 34 (Sidotopo) dan BB301 35 (Jember).
Saat ini lokomotif BB301 hanya digunakan untuk dinas langsir dan menarik kereta penumpang pada rute jarak pendek, seperti rute Sukabumi – Cianjur – Bandung, Surabaya – Bojonegoro, Surabaya – Kertosono – Blitar dan Probolinggo – Jember – Banyuwangi.
sumber : INDONESIAN HERITAGE RAILWAY

LOKOMOTIF CC202


CC20245 ketika akan dikirimkan dari pabrik General Motor
di Kanada ke pelabuhan untuk dikapalkan ke Indonesia


CC202 merupakan generasi lokomotif 2 tak terberat yang dimiliki oleh PT KAI setelah CC200. Sekilas dari kejauhan lokomotif ini mirip dengan lokomotif dengan CC201, namun di lokomotif ini terdapat bagian atap mirip topi di shorthoodnya dan bodi yang lebih panjang. Lokomotif ini dipesan oleh PJKA dari pabriknya General Motor Kanada khusus untuk dinasan angkutan batubara. Hingga tahun 2008, PT KAI memiliki CC202 sebanyak 48 unit yang keseluruhannya adalah dipo induk Tanjung Karang (TNK).

Loko CC202 ini satu-satunya generasi lokomotif yang hanya diperbolehkan berjalan di lintasan jalan rel Sumatera Selatan, karena disana kekuatan tekanan gandarnya telah mencapai 18 ton, setara dengan beban satu gandar roda CC202 yang mencapai 18 ton. Tujuan dari beban gandar 18 ton dan panjang lokomotif lebih dari rata-rata di kelasnya, adalah untuk menunjang jumlah gerbong KKBW batubara yang mencapai 45  gerbong lebih dalam 1 rangkaian KA. Kekuatan tarikan 1 unit CC202 itu sendiri sebenarnya mampu menarik hingga 40 gerbong, namun untuk efisiensi operasional lokomotif, setiap hari KA yang dikenal dengan nama Babaranjang ditarik oleh 2 lokomotif CC202 secara Multiple Unit (2 loko 1 kendali) dan posisi lokomotif saling membelakangi agar tidak perlu memutar lokomotif. Selain di divre 3 tidak memiliki turntable yang sesuai untuk CC202 (bahkan untuk lokomotif lain juga), juga CC202 hanya memiliki 1 meja kendali yang mengarah ke shorthood.

Di divre 3 memang ramai sekali lalulintas KA Babaranjang perharinya, baik isi maupun kosong. Sekali tarik panjang rangkaian mencapai 48 gerbong atau sekitar 1 kilometer. Tidak heran emplasemen stasiun disana memiliki spoor belok yang panjang-panjang. Setelah kehadiran CC204 di divre 3, CC202 tidak lagi mendominasi dinasan Babaranjang. Namun itu tidaklah lama, karena beberapa minggu CC204 berdinas Babaranjang dengan porsi rangkaian yang sama, suatu hari CC204 double traction mengalami derunning ketika akan berjalan lagi setelah mengalami tahanan sinyal masuk, sialnya posisi berhenti saat itu berada di kemiringan (tanjakan) sehingga tidak mampu untuk berjalan kembali. Babaranjang CC204 yang naas itu mampu melanjutkan perjalanan kembali setelah dilokpen oleh DT CC202 Babaranjang kosongan didepannya. Sekarang pun lok CC204 disana masih berdinas batubara, namun bukan lagi Babaranjang dan jumlah rangkaiannya lebih sedikit dari Babaranjang.

Spesifikasi teknis CC202
Identitas Produksi
Kode model loko___: -
Desain angkutan___: freight (barang batubara)
Dimensi
Lebar sepur_______: 1067 mm
Panjang bodi______: 17678 mm
Jarak coupler_____: 18942 mm
Lebar bodi_______: - mm
Tinggi bodi_______: 3683 mm
Jarak gandar______: 3632 mm
Jarak pivot_______: 11404 mm
Diameter roda traksi: 1016 mm
Diameter roda idle__: - mm
Tinggi coupler_____: 759 mm
Berat kosong______: - ton
Berat siap________: 108 ton
Berat Adhesi______: 108 ton
Mesin dan converter
Tipe mesin________: GM 645 E, 16
Jenis____________: 2 tak
Daya output_______: 2250
Daya ke converter__: 2000 hp
Jumlah traksi motor_: 6
Tipe traksi motor___: D-29, AC
Rasio roda gigi_____: 63:14
Tipe converter_____: AR 6 QAD-D14, AC
Kemampuan
Kecepatan maksimum: 80 kmh
Adhesi maksimum___:22680 Kgf
Kecepatan kontinu__: 14 kmh
Radius terkecil_____: 80 m
Kapasitas
Bahan bakar______: 3800 lt, HSD
Pelumas mesin____: 920 lt
Radiator_________: 832 lt
Pasir____________: 340 lt
Sistem rem
Tipe sistem rem___: udara tekan, dinamik, parkir
Tipe kompresor___: WBO, Gardner Denver
sumber : http://railfansina.blogspot.com/2012/07/cc-202.html

LOKOMOTIF CC201


CC201 Jawa
CC201 DIVRE III SUMSEL
Lokomotif CC201 adalah lokomotif buatan General Electric jenis U18C. Dibanding lokomotif tipe sebelumnya yaitu CC200, maka tipe CC201 mempunyai konstruksi yang lebih ramping dengan berat 84 ton dan daya mesin 1950 HP. Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya lokomotif memiliki 2 bogie masing-masing 3 gandar atau 6 gandar penggerak dengan 6 motor traksi, sehingga lokomotif ini dapat dioperasikan pada lintas datar maupun pegunungan. Lokomotif ini banyak juga digunakan di luar negri. Lokomotif ini juga banyak yg tercipta dari hasil rehab dari lokomotif BB203. Umumnya, lokomotif CC201 sama bentuknya dengan BB203, namun tidak untuk di Sumatera Selatan (DIVRE III). Beberapa lokomotif CC201 di sana memiliki bentuk yang sangat mirip dengan CC203  di Jawa. Dari bentuk body memang tidak berbeda, namun dari bentuk eksterior maupun interior kabin CC201 di DIVRE III sangat persis dengan CC203 (wide cab). Lokomotif CC201 yang memiliki eksterior seperti CC203, yaitu CC201 86R, CC201 111R, CC201 120R, CC 201 129R, CC201 130R, CC201 137R. Di Indonesia, saat ini ada 133 dari total 144 unit loko CC201 yang masih beroperasi. Lokomotif CC201 hampir terdapat di semua dipo induk
Spesifikasi:
Sumber tenaga
Diesel elektrik

Perusahaan pembuat General Electric Locomotive Indonesia
Model GE U18C
Spesifikasi
Susunan roda AAR C-C
Klasifikasi UIC Co'Co'
Lebar trak 1.067 mm
Panjang 14.134 mm
Lebar 2.642 mm
Berat lokomotif 78 ton
Motor traksi 6 buah
Kecepatan maksimum 120 km/jam
Keluaran daya 1950 hp

LOKOMOTIF CC200

CC 200 15
Memasuki tahun 1950, lokomotif uap mulai masuk era barang antik seiring tidak lagi diproduksi oleh pembuatnya baik di Eropa maupun di Amerika. Namun demikian, untuk mengubah lokomotif penarik kereta api dari lokomotif uap ke lokomotif diesel yang lebih modern bukanlah perkara mudah. Berbagai diskusi terus dilakukan para petinggi DKA (Djawatan Kereta Api) saat itu. Maklum saja, pada masa itu belum ada orang yang mengerti terhadap perawatan dan operasional lokomotif diesel. Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno pun kemudian menyetujui pembelian lokomotif diesel tipe elektrik.
Lokomotif CC200 merupakan lokomotif diesel pertama yang dipesan sebanyak 27 buah oleh DKA (Djawatan Kereta Api) dari pabrik General Electric (Amerika Serikat) pada tahun 1953. Lokomotif CC200 memiliki berat 96 ton, memiliki 3 bogie, yaitu 2 bogie penggerak dan 1 bogie idle. Dengan bermotor diesel ALCO 244E, motor diesel jenis 4 tak dan berkekuatan 1600 tenaga kuda, lokomotif CC200 mampu melaju hingga 100 km/jam.
Lokomotif CC200 dilengkapi dengan dua kabin masinis di kedua ujungnya agar masinis mempunyai pandangan yang lebih luas. Body CC200 memiliki tampilan streamline yang aerodinamis.
Pada bulan September 1953, 16 buah Lokomotif CC200 berhasil tiba di pelabuhan Tanjung Priuk (Jakarta) dan pada tahun 1954 datang 11 buah. Pada 2 Oktober 1953, untuk pertama kalinya lokomotif CC200 dilakukan uji coba oleh masinis Djoko Soejoto pada rute Manggarai – Tanah Abang. Agar lokomotif CC200 dapat ditangani secara detail dan baik, beberapa sarjana muda yang direkrut DKA saat itu dikirim ke pabrik General Electric di Amerika Serikat untuk menimba ilmu dan belajar mengenai lokomotif diesel selama 6 bulan.
Dalam peresmian operasional lokomotif diesel terbaru ini pada tahun 1953, Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno bersama beberapa menteri turut mencoba menikmati rangkaian kereta penumpang yang ditarik oleh lokomotif CC200.
Selama perjalanan karirnya di perkeretaapian Indonesian, Lokomotif C200 pernah menjadi lokomotif kebanggaan Republik Indonesia, salah satunya pada saat Konferensi Asia Afrika di kota Bandung pada tahun 1955, lokomotif CC200 ini menjadi lokomotif penarik yang membawa peserta konferensi dari Jakarta ke Bandung.
Diawal operasionalnya, lokomotif CC200 pernah digunakan untuk menarik rangkaian kereta  penumpang seperti Patas Bandung (Bandung – Jakarta), Bintang Senja (Surabaya Kota - Solo - Semarang - Jakarta), Bintang Fajar (Jakarta - Semarang - Solo - Surabaya Kota) dan Jaya (Surabaya Pasar Turi - Cepu - Semarang – Gambir). Pada tahun 1976, lokomotif CC200 secara rutin menarik kereta penumpang Senja Yogya (Yogyakarta – Jakarta). Selain untuk menarik kereta penumpang, lokomotif CC200 juga pernah menarik angkutan barang baja koil. Mulai tahun 1990, lokomotif CC200 hanya digunakan untuk menarik rangkaian kereta api rute jarak pendek, seperti kereta lokal rute Cirebon – Cikampek dan kereta lokal rute Cirebon – Ciledug.
Diusianya yang semakin tua, lokomotif CC200 hanya tersisa 3 buah di Dipo Lokomotif Cirebon, yaitu Lokomotif CC200 08, CC200 09 dan CC200 15 dalam kondisi yang memprihatinkan. Melihat kenyataan tersebut, kelompok pecinta kereta api membentuk kelompok kerja Friends of CC200 pada bulan Oktober 2001 dan kemudian kelompok keja ini bernaung di bawah organisasi IRMC (Indonesian Railway Modeler Club). Pada bulan Mei 2002, IRMC mengirim proposal pelestarian lokomotif CC200 kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero). Pada bulan Juni 2002, proposal pelestarian Lokomotif CC200 disetujui oleh Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Omar Berto. Kelompok kerja Friends of CC200 tidak lagi bernaung di bawah IRMC dan kemudian membentuk organisasi pecinta kereta api yang lebih mandiri yaitu IRPS (Indonesian Railway Preservation Society) pada 25 Juni 2002.
Pada bulan Oktober 2002, lokomotif CC200 15 siap beroperasi kembali. Lokomotif CC200 15 dapat beroperasi kembali dengan mengambil komponen mesin yang masih dapat digunakan dari lokomotif CC200 08 dan CC200 09. Lokomotif CC200 08 dan CC200 09 yang sudah tidak dapat dioperasionalkan lagi kemudian dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta pada bulan Agustus 2007 untuk disimpan.
Lokomotif CC200 15 saat ini berada di Dipo Lokomotif Cirebon dan ditugaskan sebagai kereta administrasi dan penarik kereta wisata.

Lokomotif Uap D52, loko uap tercepat di Indonesia


D52 099 di Museum Transportasi, TMII
Mulai tahun 1950, DKA (Djawatan Kereta Api) mengadakan modernisasi lokomotif dengan membeli 100 lokomotif uap D52 dari pabrik Krupp (Jerman). 100 lokomotif D52 didatangkan secara bertahap pada tahun 1950 - 1955. Lokomotif D52 bersifat multiguna, artinya dapat dioperasikan untuk menarik kereta penumpang atau kereta barang baik di daerah datar maupun pegunungan. 10 lokomotif D52 berada di Sumatra Selatan dan sisanya berada di Jawa.
Kontruksi lokomotif uap D52 merupakan scaled down dari lokomotif uap BR 41 yang ada Jerman. Secara fisik, bagian depan lokomotif D52 terdiri dari ketel uap(boiler), ruang pembakaran, piston, batang penggerak dan roda penggerak, ditambah roda idle bila diperlukan. Sedangkan di bagian belakang terdiri dari kabin masinis dan tempat bahan bakar (batubara atau minyak residu). Lokomotif D52 memiliki susunan roda 2-8-2, artinya terdapat 4 roda penggerak serta 1 roda idle di depan dan 1 roda idle di belakang. Bahan bakar untuk lokomotif D52 dapat berupa batubara atau minyak residu. Minyak residu masuk ke tungku dengan menggunakan injector khusus sehingga pintu tungku tidak perlu dibuka-tutup. Kelemahan bahan bakar minyak residu ini adalah asap yang dihasilkan berwarna hitam pekat.
D52 dilengkapi dengan smoke deflector yang berguna untuk menciptakan arus udara yang mengangkat asap yang keluar dari cerobong, agar asap tidak menempel pada lokomotif dan mengganggu pandangan masinis. Lokomotif D52 memiliki panjang 20632 mm, berat 72 ton, daya 1600 HP (horse power) dan kecepatan maksimum 120 km/jam.
Lokomotif D52 digunakan untuk menarik kereta barang batubara di Sumatra Selatan. Sementara di Jawa, lokomotif D52 digunakan untuk penarik kereta barang atau kereta penumpang jarak jauh pada rute Surabaya - Yogyakarta - Purwokerto - Jakarta. Peran Lokomotif uap D52 sebagai penarik kereta penumpang jarak jauh mulai digantikan oleh lokomotif diesel BB301 yang datang pada tahun 1964. Lokomotif D52 juga menarik kereta api penumpang jarak menengah seperti pada rute Surabaya - Malang, Surabaya - Madiun, Surabaya - Yogyakarta dan Semarang - Yogyakarta.
Walaupun beroperasi masih kurang dari 30 tahun, lokomotif uap D52 ini kemudian tidak lagi dioperasikan sejak 1983 seiring dengan penggantian lokomotif uap dengan lokomotif diesel. Dari 100 lokomotif uap D52, saat ini hanya tersisa satu buah yaitu D52 099 yang saat ini dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta).

LOKOMOTIF BB 201



Lokomotif BB201 adalah lokomotif diesel tipe elektrik yang dibeli dari pabrik General Motor (Amerika Serikat) dan mulai didinaskan pada tahun 1964. Lokomotif ini didatangkan oleh PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) sebanyak 11 unit pada tahun 1964. Lokomotif BB201 dapat digunakan untuk menarik kereta penumpang atau gerbong barang baik untuk jarak pendek maupun jarak jauh. Pada awal operasinya, lokomotif BB201 dialokasikan untuk dipo lokomotif Bukit Duri dan digunakan untuk menarik kereta penumpang atau gerbong barang pada rute Jakarta – Yogyakarta dan Jakarta – Sukabumi. Lokomotif ini pernah digunakan untuk menarik kereta express Bima. Kereta express Bima diresmikan pada tahun 1967 yang menempuh rute Jakarta – Yogyakarta - Surabaya dan dianggap sebagai kereta mewah saat itu.
Lokomotif BB201 pernah digunakan untuk menarik gerbong tangki (ketel) berisi bahan bakar minyak dari dipo pertamina di daerah Cilincing (Jakarta Utara) untuk tujuan ke Sukabumi atau ke Bandung. Saat itu terdapat jalan rel yang menghubungkan stasiun Tanjung Priuk – stasiun Pasoso –stasiun Lagoa - dipo Pertamina (Cilincing). Pengiriman bahan bakar minyak dari dipo pertamina (Cilincing) dengan menggunakan kereta api dihentikan pada tahun 1980 sejak selesainya pipa (di bawah tanah) bahan bakar minyak dari Jakarta ke Sukabumi dan ke Bandung. Namun demikian, dipo Pertamina (Cilincing) masih melayani pengisian bahan bakar minyak ke gerbong tanki untuk bahan bakar lokomotif sampai dengan tahun 1989.
Datangnya 38 unit lokomotif diesel CC201 pada tahun 1976 (pengiriman tahap 1), membuat alokasi lokomotif BB201 dipindah dari dipo lokomotif Bukit Duri ke dipo lokomotif Yogyakarta. Lokomotif BB201 digunakan untuk menarik gerbong barang yang mengangkut semen (rute Cilacap – Lempuyangan) dan gerbong tangki (ketel) berisi bahan bakar minyak (rute Cilacap – Rewulu). Seiring dengan kedatangan 34 unit lokomotif diesel CC201 pada tahun 1984 (pengiriman tahap 2), membuat alokasi lokomotif BB201 dipindah dari dipo lokomotif Yogyakarta ke dipo lokomotif Purwokerto. Lokomotif BB201 masih digunakan untuk menarik kereta penumpang Purbaya (rute Purwokerto – Kroya – Surabaya Gubeng) dan kereta feeder Purbaya (rute Cilacap – Maos – Kroya).
Untuk spesifikasi teknis mesin, motor dieselnya bertipe EMD 12-567C, berat 78 ton, daya 1425 HP (horse power) dan dapat mencapai kecepatan maksimum 120 km/jam. Lokomotif ini memiliki gandar tipe A1A-A1A artinya memiliki 2 bogie yang bergandar 3 namun hanya 4 roda yang digerakkan oleh motor traksi dan 2 roda tengah di masing-masing bogie tidak memiliki motor traksi (idle). Walaupun lokomotif BB200 dan lokomotif BB201 memiliki bentuk dan susunan roda yang sama namun secara teknis ada sedikit perbedaan.
Penggunaan daya motor diesel yang lebih besar dibanding dengan daya motor diesel milik lokmotif BB200, maka lokomotif BB201 dapat menarik rangkaian kereta yang lebih panjang dan kemampuan jelajah yang lebih jauh. Selain itu, BB201 telah dilengkapi dengan teknologi multiple unit dan dynamic brake, sedangkan BB200 belum ada kedua fasilitas tersebut. Perbedaan yang lain yaitu posisi rem parkir BB201 berada di dalam sisi kiri kabin menghadap ke short hood (hidung pendek) sedangkan posisi rem parkir BB200 berada di sisi kanan kabin menghadap ke short hood (hidung pendek).
Perbedaan yang cukup mudah dikenali dari tampilan fisiknya adalah terdapat plat nomor lokomotif yang diberada di sebelah kanan dan kiri dari lampu lokomotif BB200 sedangkan BB201 tidak memiliki fitur ini. Pada tahun 1984, dilakukan repowering pada lokomotif BB201. Tujuan repowering adalah untuk mengembalikan kinerja lokomotif seperti kondisi awal/baru dan memperpanjang masa pakai lokomotif.
Karena keterbatasan suku cadang dan usia yang semakin tua, dari 11 unit lokomotif BB201, saat ini masih tersisa 1 unit saja yang masih dapat beroperasi yaitu BB201 10. Lokomotif BB201 10 saat ini berada di dipo lokomotif Purwokerto. Saat ini lokomotif BB201 10 hanya difungsikan untuk dinas langsir. Lokomotif BB201 10 memiliki keunikan berupa ornamen sayap di sebelah kanan dan kiri dari lampu lokomotif.